ilustrasi

TEMBILAHAN - Sidiktnya, ada 65% kasus perceraian yang terjadi di Indragiri Hilir (Inhil) digugat oleh pihak wanitanya (isteri,red).

Kuat dugaan, hal itu terjadi akibat tidak stabilnya  kondisi perekonomian di kabupaten Indragiri Hilir (Inhil). Kondisi tersebut berimbas keberbagai sisi, tak terkecuali ke sisi asmara, yang mana angka kasus perceraian di Inhil itu terus meningkat setiap tahunnya.

"Dimulai dari tahun 2014, 2015 yang lalu kasus perceraian di Inhil terus meningkat, untuk tahun 2015 saja kalau kita hitung secara global ada sekitar Enam ratusan sampai Tujuh ratusan yang masuk keranah Pengadilan Agama ini," terang  Humas Pengadilan agama Tembilahan Fathur Rizki, S.H.I ketika ditemui diruangan kerjanya, Selasa (26/01/16) kemarin.

Menurutnya, terus meningkatnya kasus perceraian suami istri (Pasutri) di Inhil disebabkan faktor ekonomi yang menjadi penyebabnya dan diikuti faktor-faktor lainnya.

"Adapun yang menjadi faktor-faktor utama dalam kasus perceraian pasutri di Inhil ini ialah faktor ekonomi yang paling utama, faktor pendidikan, faktor orang ketiga dalam hubungan tersebut, dan faktor kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)," sambungnya lagi.

Lebih lanjut ia mengatakan, 65% Kasus Pasutri yang terjadi di Inhil ini digugat oleh pihak Istri. " Dari 600 sampai 700 angka kasus perceraian pasutri yang masuk keranah persidangan Pengadilan Agama Tembilahan 65% nya di gugat oleh pihak wanitanya," beberya lagi

Ia berharap kepada seluruh masyarakat yang ketika terjadi permasalahan didalam sebuah keluarga untuk tidak langsung membawanya keranah Pengadilan Agama, " disinipun kita akan selalu menempuh jalur perdamaian, musyawarah, kita akan melakukan mediasi untuk mencegah perceraian tersebut dan kita di pengadilan agama ini memiliki mediator yang telah bersetifikat," pungkasnya. (dit)