Waduh, Hewan Peliharaan Ternyata Lebih Rentan Terinfeksi Covid-19

Admin
Senin, 28 Sep 2020 09:38

Hewan peliharaan mungkin lebih rentan terhadap infeksi Covid-19 daripada yang diperkirakan sebelumnya. Pernyataan tersebut disampaikan peneliti dari Prancis belum lama ini.
Dalam laporan South China Morning Post, tim peneliti dari French National Research Institute for Sustainable Development mengumpulkan sampel darah dari 47 kucing dan anjing yang tinggal bersama dengan keluarga yang setidaknya ada satu anggotanya dinyatakan positif Covid-19. Ke-47 anjing dan kucing tersebut pun menjalani tes antibodi SARS-CoV2.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa lebih dari 20 persen hewan-hewan tersebut dinyatakan positif Covid-19 dalam tiga kali tes, lalu 53 persen dinyatakan positif dalam sekali tes. Data ini memperbaharui fakta sebelumnya yang hanya menyatakan nol hingga 15 persen saja hewan peliharaan bisa terinfeksi Covid-19.
Studi Prancis ini dipublikasikan di situs pracetak bioRxiv.org pada Selasa (22/9/2020) yang berarti temuan ini belum ditinjau rekan sejawat.
"Hasilnya terdapat peran potensial hewan peliharaan dalam penyebaran virus corona," kata Dr Eric Leroy, ketua penelitian.
Ia menambahkan, risiko infeksi pada hewan peliharaan yang dimiliki pasien Covid-19 jauh lebih tinggi daripada yang dijelaskan sebelumnya.
Menjadi catatan penting di sini ialah Leroy mengatakan, timnya tidak menemukan strain virus korona hidup dari hewan peliharaan mana pun, yang menunjukkan sangat tidak mungkin patogen itu dapat ditularkan oleh hewan ke manusia yang mereka temui saat berada di luar rumah.
Meski begitu, orang yang sering melakukan kontak dekat dengan hewan yang terinfeksi Covid-19 harus melakukan tindakan pencegahan. Perlu diketahui, studi di China menemukan fakta bahwa kucing rupanya dua kali lebih mungkin tertular virus corona daripada anjing.Sementara itu, studi terpisah yang dilakukan ilmuwan di Spanyol menemukan bahwa angka kematian di antara anjing yang menderita penyakit pernapasan meningkat selama pandemi. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari dokter hewan antara April hingga Juni, tim menemukan bahwa tingkat kematian meningkat dari 1 ke 2 persen dan kini menjadi setinggi 40 persen.
Tim peneliti ini pun mengatakan dalam makalah yang diterbitkan di bioRxiv.org bahwa tidak jelas apakah lonjakan kasus tersebut dapat dikaitkan dengan krisis kesehatan yang memengaruhi manusia sekarang. Namun, antibodi virus corona ditemukan pada 40 anjing yang sakit atau mati di periode tersebut.
"Jumlah kematian anjing lebih dari 30 kali lebih tinggi dari yang diperkirakan," kata pemimpin tim, Dr Alicia Barbero-Fernandezdari University Alfonso X the Wise di Madrid. Ia melanjutkan, informasi tentang kemungkinan hewan peliharaan tertular dari pemiliknya membingungkan dan kontroversial.
Pandemi global telah menunjukkan bahwa virus corona beradaptasi dengan baik pada manusia, yang secara teori berarti virus tersebut cenderung tidak menular ke spesies lain. Namun, beberapa peneliti di China menemukan bahwa kisaran inang virus hanya ditentukan oleh sejumlah kecil gen dan bahwa satu mutasi pada salah sau gen tersebut dapat membuat virus lebih mahir dalam melakukan peralihan.