sehat
Emilia Contessa Meninggal karena Serangan Jantung, Ini Bahaya dan Komplikasi dari Diabetes

PT.SPIRIT INTI MEDIA
Kamis, 30 Jan 2025 18:03

Kabar duka datang dari ibu kandung Denada, Emilia Contessa. Musisi lawas legenda Tanah Air ini dikabarkan meninggal dunia pada Senin, 27 Januari 2025.
Kabar duka ini dibenarkan oleh pihak manajer Denada, Risna Ories. Namun, ia belum mau berkomentar banyak selain meminta doa kepada publik soal kepergian Emilia.
"Iya benar, mohon doanya ya," ujar Risna saat dikonfirmasi awak media melalui pesan singkat, Senin (27/1/2025).
Emilia Contessa meninggal dunia di usia 67 tahun karena mengalami serangan jantung. Politisi Partai Perindo ini tutup usia di RSUD Blambangan, Banyuwangi.
Emilia sebelumnya memang sempat beberapa kali dirawat di rumah sakit karena penyakit diabetes yang dideritanya selama ini. Gagal jantung yang dialaminya disebut-sebut merupakan komplikasi dari riwayat penyakit tersebut.
Berikut ulasan mengenai riwayat penyakit Emilia sebelum meninggal, dirangkum Okezone dari berbagai sumber, Senin (27/1/2025).
1. Diabetes
Melansir dari laman Siloam Hospital, diabetes adalah salah satu penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah di dalam tubuh. Bila tidak segera ditangani dengan tepat, diabetes berisiko menimbulkan sejumlah komplikasi, salah satunya adalah penyakit jantung.
Jika terjadi dalam jangka panjang, kadar gula dalam darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan pembuluh darah bagian dalam dan berakibat pada menurunnya suplai darah ke otot jantung dan otak.
Seiring waktu, kondisi ini dapat mengakibatkan seseorang rentan terkena serangan jantung, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer.
2. Gagal jantung
Gagal jantung atau serangan jantung adalah gangguan jantung serius ketika otot jantung tidak mendapat aliran darah. Kondisi ini akan mengganggu fungsi jantung dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Serangan jantung dapat menyebabkan kematian bila tidak segera tertangani.
Serangan jantung, atau disebut juga infark miokard, terjadi akibat terhambatnya aliran darah ke otot jantung. Serangan jantung memiliki gejala minimal. Karena kurangnya gejala ini, pasien tidak menyadari bahwa mereka terkena serangan jantung.
Pasien mungkin mengaitkan gejala kecil seperti kelelahan atau ketidaknyamanan dada dengan penyakit seperti flu atau gangguan pencernaan.
Meskipun tidak ada gejala, serangan jantung hening tetap merupakan serangan jantung dan dapat memicu beberapa konsekuensi yang serius, meninggalkan jaringan parut, melemahkan jantung, dan meningkatkan risiko serangan jantung berikutnya yang lebih serius.
Karena itu, penting untuk menyebutkan semua tanda potensial, bahkan yang tampaknya tidak signifikan, kepada dokter, terutama jika pasien juga memiliki faktor risiko yang berkontribusi, seperti diabetes tipe 2.