CALIFORNIA - Tes DNA baru dilakukan pada tengkorak memanjang berusia 2.000 tahun, yang diduga sebagai alien. Tes telah mengangkat tanda tanya tentang asal-usul mereka.

Tengkorak ditemukan di Peru, menciptakan gelombang pada 2014 setelah ahli genetika melakukan tes DNA awal dan melaporkan hasil yang tidak diketahui. Ia menemukan mereka memiliki DNA mitokondria dengan mutasi yang tidak diketahui dalam setiap manusia, primata, atau hewan yang diketahui sejauh ini.

Sebuah putaran kedua tes DNA kini telah dilakukan, yang beberapa mengatakan hasilnya sama-sama kontroversial. Hasilnya mengarah ke spekulasi lebih lanjut bahwa mantan pemilik tengkorak mungkin bukan dari planet ini.

Tengkorak memanjang yang disebabkan oleh peradaban kuno ini sengaja memutilasi tengkorak mereka dari usia muda. Hal ini dilakukan untuk mengikat kepala antara dua potong kayu atau dalam kain.

Akan tetapi, mereka selalu tertarik dengan teori konspirasi alien karena cranium yang diperbesar diproduksi, yang muncul mirip dengan spesies alien abu-abu dalam mitologi. Tes baru pada tengkorak bagaimanapun, tidak membantu teori alien, tapi ini telah mengangkat pertanyaan baru tentang bagaimana Amerika dihuni.

Sampel telah diambil dari rambut dan bubuk tengkorak, diambil melalui pengeboran jauh ke dalam magnum tengkorak foramen (lubang kecil). Setelah itu, mereka kemudian dikirim ke tiga laboratorium di Kanada dan dua di Amerika Serikat untuk melakukan tes.

Para ahli genetika diberitahu bahwa sampel berasal dari mumi kuno untuk menghindari prasangka apa pun. Tengkorak sekarang diketahui memiliki asal-usul Eropa dan Timur Tengah, sehingga menimbulkan pertanyaan lebih ketika manusia pertama melakukan perjalanan dari Eurasia ke Amerika. Sebab, mereka berusia 2.000 hingga 3.000 tahun.

Paracas merupakan gurun peninsula yang ada pada Provinsi Pisco di Pantai Selatan Peru. Sekira 300 tengkorak ditemukan oleh ahli arkeolog Julio Tello pada 1928 di kuburan yang terpencil. Tapi masih ada misteri atas bentuk tengkorak Paracas.

Perubahan bentuk kranial telah mengubah tengkorak, tetapi dalam kasus yang normal tidak mengubah ciri lainnya. Namun, tengkorak Paracas memiliki ciri yang tidak biasa seperti yang lainnya dan merupakan tengkorak terbesar memanjang yang pernah ditemukan.

Penulis dan peneliti LA Marzulli mengatakan kepada Ancient Origins, "Ada kemungkinan bahwa mungkin itu dudukan headboarded, tetapi alasan mengapa saya tidak berpikir begitu karena posisi foramen magnum (lubang besar di dasar tengkorak melalui mana tulang belakang lewat dari otak) kembali ke arah belakang tengkorak."

"Foramen magnum normal akan lebih dekat dengan garis rahang." katanya seperti dilansir Express, Selasa (2/8/2016).

Dia mengatakan bahwa seorang arkeolog telah menulis sebuah makalah tentang studi posisi foramen magnum. "Para arkeolog mengatakan bahwa tengkorak Paracas, posisi foramen magnum berbeda dari manusia normal, itu juga lebih kecil, sehingga cocok untuk teori kami bahwa ini bukan headboarding cradle, ini genetik," tambahnya.

Marzulli mengklaim beberapa tengkorak Paracas juga memiliki tulang pipi sangat jelas, soket mata yang berbeda, dan tidak ada bersama jaringan ikat antara dua tilang parietal tengkorak.

Ada penyakit yang dikenal sebagai craniosynostosis, yang menghasilkan sumbu yang sama-sama berasal dari dua piring pariental, bagaimanapun Marzulli mengatakan tidak ada bukti penyakit ini dalam tengkorak Paracas. (Okezone.com)