(Foto: Jonathan Surbakti)
Pulau Jemur
Pulau Jemur sebenarnya bagian dari Pulau Arwah yang terdiri dari delapan Pulau. Pulau arwah adalah gugusan Pulau kecil-kecil yang terletak ditengah-tengah Pulau Sumatera dan Jazirah Malaysia atau tepatnya ditengah-tengah selat Malaka. Jarak tempuh melalui pesawat Heli dari Bagansiapiapi ke Pulau Jemur sekitra 25 Menit, sementara kalau menggunakan Speed lebih kurang 2 jam perjalanan. Sedangkan kalau menggunakan Kapal bisa mencapai 3 jam lebih. Itu Kalau cuaca mengijinkan. Karena kalau kita dari Litas Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas tidak begitu jauh beda, hanya yang dikhawatirkan agin kencang atau gelombang pasang, sebaiknya perjalan ke Pulau ini ditunda menunggu hari baik.
Kalau kita mencermati lagi bahwa Jarak tempuh yang paling dekat dari Malaysia kepulau ini adalah Pulau Batu Mandi dengan jarak sekitar 7,6 km namun sayangnya Pulau-pulau ini tidak berpenghungi meski lokasi dan tempat pulau tersebut jika dipandang dari kejauhan sangat menarik dan indah sekali. Di Pulau Batu Mandi ini juga Presiden Soekarno Putri pernah menancapkan bendera merah putih dengan tujuan bahwa pulau terluar ini masuk kewilayah Teritorial Indonesia.
Pulau yang berpenghuni adalah Pulau Jemur karena disana tedapat satwa langka yakni telur penyu, dimana disana terdapat juga Pos Pengintai Angkatan Laut dan perumahan penjaga Mercu Suar yang sudah dibangun sejak jaman dahulu kala.
Menurut sejarahnya Pulau ini pernah dihuni oleh masyarakat sebagai pengelola sarang burung walet dan pemungut telur penyu. Tampak sekilas pulau ini merupakan pulau yang ter-asing dari dunia luar. Ini bisak kita saksikan saat kita berkunjung ki Pulau ini, sejumlah petugas Angkatan Laut maupun petugas mercu suar yang siap melakukan aplusan, kadang-kadang mereka sampai tiga bulan sekali baru turun kedarat.
Dahulunya dikenal dengan raja kecil yang bergelar Sultan Jalil Rahmad Syah adalah anak dari Sultan Mahmud Syah II penguasa emperium Melayu yang dibunuh oleh Datuk Megat Sri Rama atas hasutan Tun Habib bergelar Datuk Bendahara yang dikenal dengan peristiwa Sultan mangkat di Julang.
Sejak kecil yang dididik di Paguruyung, setelah dewasa menuntut hak tahta dari ayahandanya di Johor. Pada awalnya Johor dapat ditaklukan, namun karena raja Johor Sultan Abdul Jalil Riayat Syah bersekokongkol dengan armada Bugis yang dipimpin Daeng Pirani, Raja Kecil dapat diusir hingga lari ke pulau Bintan. Dipulau ini raja kecil juga digempur habis-habisan yang kemudian lari kepedalaman Siak.
Dipinggir sungai Jantan disitulah ia mendirikan kerajaan dengan ibu kota Buantan dan di Buantan pula ia dinobatkan menjadi raja Siak Pertama bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah pada tahun 1723.
Kerajaan Siak mengalami puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Syarif Ali yang bergelar Sultan Asyaids Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuiddin (1784-1810) pada masa itu ada 12 kerajaan dipedalaman Sumatera yang dapat ditaklukan antara lain, Kerajaan Kota Pinang, Kerajaan Pagurawan, Kerajaan Batu Bara, Kerajaan Bedagi, Kerajaan Kuala, Kerajaan Pawaian, Kerajaan Bilah, Kerajaan Asahan, Kerajaan Serdang, Kerajaan Langkat, Kerajaan Tamiang dan Kerajaan Deli.
Lancarnya lalu lintas perdagangan rempah-rempah diselat Malaka membuat Inggris iri hati yang akhirnya pecah perang antara Inggris dan Belanda pada waktu itu. Perang inilah dikahiri dengan suatu perjanjian yang dikenal dengan Traktat London. Isi dari traktat London tersebut antara lain menatakan, Singapura diakui Belanda milik Inggris, Batas kekuasaan Belanda dan Inggris dibatasi jalur khusus (Selat Malaka) dan daerah sebelah Barat Selatan jalur kusus dikuasai oleh Inggris dengan demikian Bengkulu semula dikuasai Inggris jatuh ke tangan Belanda sedangkan Malaka, Johor dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya yang selama ini merupakan jajahan Belanda jatuh kepada Inggris.
Berdasarkan fakta dan sejarah dan legenda seperti cerita penduduk, jelas bahwa Pulau Jemur sejak zaman kerajaan Siak-zaman penjajahan Belanda dan berdirinya Republik Indonesia berada dalam Wilayah kerajaan Siak-Provinsi Riau-Kabupaten Rokan Hilir- Kecamatan Kubu.
Sejarah Pengelolaan Pulau Jemur
Hamba raja dan penduduk negeri kerajaan Siak bukan saja Melayu tempatan tetapi ada yang berasal dari bugis, banjar, minang, Burma, Siam, Arab, China dan berbagai etnis lainnya dan kebanyakan dari mereka telah melebur masuk dan menjadi suku yang ada disisni. Begitu juga Tonolog yang oleh Sultan diberi gelar Datuk berasal dari kerajaan Bone dan dipercayakan menjadi Panglima Laskar Laut di kerajaan Siak. Ketika Tuk Tonolog pulang dari Johor ia disamun oleh Bapak laut yang bermarkas di Pulau Jemur. Bajak laut dapat dikalahkan oleh Sultan Tuk Tonolog diserahkan untuk mengawasi dan mengelola Pulau Jemur dan pada setiap tahunnya Tuk Tonolog memberikan pajak upeti sarang burung layang-layang dan telur penyu kepada Sultan.
Kemudian datang pula Bangsawan Bone ke Kerajaan Siak bernama Silawatang (kareng) Hitam, tak lama kemudian menyusul pula adik Karaeng Hitam yakni Karaeng Putih mencari abangnya Silawatang Hitam sampai ke Bantaian dan Tanah Putih, mereka pergi ke Siak karena Bone pada waktu itu digempur oleh VOC. Salah satu dari anak. Disnalah pula Tuk Tonolog telah beranak pinak dengan gadis tempatan anak-anaknya antara lain, Datuk Amin, Datuk Adam dan Cik Ipong.
Salah seorang anak dari Karaeng Putih bernama Daeng Kasi kawin dengan anak tuk Tonolog yakni Cik Ipong. Kemudian atas izin Sultan Tuk Tonolog ketiga anak dan menantunya disuruh ke Pulau Jemur untuk mengelola Pulau Jemur. Merekapun membuka kampung baru yang diberi nama Pasir Limau Kapas dan dalam bahasa Bone kampung tersebut bernama Pasirah.
Tuk Amin diangkat menjadi Datuk Penghulu kampung di Pasir Limau Kapas ini, Tuk Adam diserahkan mengawasi dan mengelola Pulau Jemur sedangkan iparnya Daeng Kasi diserahkan mengelola tanah darat berupa perkebunan kelapa.Dari perkawinan Karaeng Putih dan Cik Ipong lahir beberapa anak, salah satunya bernama Daeng Kuting dan sampai tahun 1963 Daeng Kuting yang mengelola Pulau Jemur.
Adanya konfrontasi dengan Malaysia, masyarakat yang berada di Pulau Jemur lebih kurang 6 KK diusir oleh Angkatan Laut dari Pulau tersebut dengan alasan bahwa Pulau tersebut sebagai daerah pengintaian musuh (daerah rahasia). Akibatnya mata pencaharian mereka sebagai pengelola turun temurun di Pulau Jemur menjadi terputus. Oleh Daeng Kuting di berilah Kuasa kepada Haji Yahya Tatoe yang sekarang ini orangnya masih hidup.
Haji Yahya kemudian menghadap Panglima Daerah Teritorial I Sumatera di Belawan. Haji Yahya berangkat ke Belawan (tahun 1968) menghadap Panglima Daerah Teritorial I (Pangderal) di Belawan Laksamana Hotma Harahap kemudian diperoleh kesepakatan bahwa Angkatan Laut Komando Daerah Maritim I (Kodamar) Belawan tetap boleh bermukim dan membuat pengintaian di Pulau Jemur (gugusannya), keamanan masyarakat didalam Pulau Jemur dijamin oleh Pihak Angkatan Laut dan masyarakat memberikan sedikit hasil telur penyu dan sarang burung walet kepada pihak Primer Koperasi Angkatan Laut (Primkopal).
Ketika putusan itu diperoleh H. Yahya, iapun melapor ke Kodamar II di Dumai, namun jawaban Kodamar II Dumai pada waktu itu sangat menyedihkan,”Segala urusan Pulau Jemur lapor saja ke Pos Angkatan laut di Panipahan,”begitu kata H. Yahya dalam kesaksiannya tanggal 1 Januari 1928 pada waku itu. Sejak itu pula Pulau Jemur menjadi terlarang bagi para ahli waris apalagi penduduk disekitar Pasir Limau Kapas selanjutnya Pulau Jemur menjadi daerah tertutup kembali seperti pada saat-saat konfrontasi dengan Malaysia.
Dengan lahirnya Kabupaten Rokan Hilir yang terpisah dari Kabupaten Bengkalis, para ahli waris yang mengelola Pulau Jemur kembali berharap agar mereka dapat kembali mengelola Pulau tersebut seperti sediakala, sebab kalau ditinjau dari hukum adapt, Pulau tersebut adalah merupakan tanah adat yang dapat diwariskan kepada anak cucu Tuk Tonolog.
Hingga sekarang ini Pulau Jemur masih dijaga oleh pihak Angkatan Laut sebagai keamanan disana, kemudian disana juga telah berdiri Pos Dinas Perikanan. Untuk mengembangkan potensi penangkaran penyu. Pemkab Rohil telah melakukan kerja sama dengan Dinas Bappeda, Dinas Perikanan dan Kelautan dan Pihak Angkatan Laut sendiri untuk mengelola Pulau Jemur, bahkan kata Bupati zamanya Wan Thamrin Hasyim bahwa Pulau ini akan dijadikan objek wisata.
Pulau Batu Mandi seluas 8 Km
GUGUSAN Kepulauan Arwah yang terletak di bagian tengah selat Malaka berada dalam wilayah perairan Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rohil, memiliki kumpulan beberapa pulau baik besar maupun kecil. Mengingat ukurannya yang sangat bervariasi serta ditata secara alami, menyebabkan gugusan kepulauan Arwah memiliki potensi yang sangat patut dikembangkan baik di bidang perikanan, wisata maupun budidaya penyu. Namun dibalik potensi tersebut setidaknya mengandung tingkat kerawanan yang cukup tinggi. Salah satu diantaranya terhadap kemungkinan pencaplokan wilayah dari negara tetangga Malaysia. Gilirannya wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dapat terancam.
Kumpulan pulau-pulau yang terdapat pada gugusan kepuluan Arwah tersebut diantaranya Pulau Jemur, Pulau Pertandang, Pulau Batu Mandi, Pulau Batu Berlayar, Pulau Batu Andang, Pulau Tukong, Pulau Tukong Mas, Pulau Tukong Simbang dan Pulau Labuhan Bilik. Dari beberapa pulau tersebut, yang terdekat di garis sepadan antara Indonesia dengan Malaysia, yakni Pulau Batu Mandi. Jarak dari Pulau Batu Mandi dengan negara Malaysia hanya mencapai sekitar 7,6 kilometer. Mengingat kondisinya yang sangat dekat tersebut, ternyata dapat ditempuh selama satu jam perjalanan dari negara Malaysia dengan menggunakan kendaraan cepat.
Tak pelak lagi, Pulau Batu Mandi telah mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak agar eksistensinya sebagian dari NKRI dan merupakan wilayah dari propinsi Riau dapat terus terjaga. Upaya yang telah dilakukan saat ini, yakni memberikan tanda atau prasasti di Pulau Batu Mandi tersebut berupa plat dari besi anti karat.
Selain itu, upaya patroli dari kesatuan TNI AL dibawah komando Lanal Dumai di perairan gugusan Kepulauan Arwan termasuk di Pulau Batu Mandi dan sekitarnya masih terus dilakukan.
“'Mengingat rawannya masalah daerah yang berada di garis sepadan termasuk Pulau Batumandi, berbagai kebijakan segera diterapkan. Salah satu diantaranya yakni melakukan patroli secara rutinitas. Kalau pulau tersebut sudah dihuni oleh penduduk, maka kegiataan warganya segera terus ditingkatkan. Pulau Batu Mandi saat ini sudah diberikan tanda. Pemasangan tanda di Pulau Batu Mandi itu sudah dicanangkan semasa presiden Megawati dahulunya.
Malah saat itu direncanakan dipasang langsung oleh presiden Megawati. Mengingat adanya kesibukan, pemasangan yang telah dijadwalkan itu tidak dilakukan. Sehingga, dengan inisiatif, tanda yang sudah lama disiapkan itu, segera langsung dipasang sendiri.
Bagaimana sebenarnya kondisi Pulau Batu Mandi yang menjadi batas garis sepadan antara Indonesia dengan Malaysia tersebut? Kondisi dari dekat soal Pulau Batu Mandi tersebut, ternyata sangat diindentik sekali dengan namanya. Pulau tersebut benar-benar berupa bongkahan batu besar yang muncul di tengah laut. Luas Pulau Batu Mandi secara keseluruhannya hanya mencapai sekitar delapan kilometer. Pada saat kondisi air laut sedang surut, luas Pulau Batu Mandi mencapai delapan kilometer persegi. Sedangkan bila kondisi air laut pasang, luas Pulau Batu Mandi hanya berkisar antara 5 kilometer hingga sampai satu kilometer persegi saja.
Diberi namanya sebagai Pulau Batu Mandi tersebut, ternyata tidak terlepas dari kondisi alamnya. Dimana setiap air laut mengalami pasang surut, saat itu kondisi Pulau Batu Mandi berjemur dan mandi. ''Saat air surut, Pulau Batu Mandi itu terlihat secara utuh. Tapi, begitu pasang, Pulau Batu Mandi itu terendam. Begitulah seterusnya. Sehingga, untuk memudahkan proses pemberian namanya disebut dengan Pulau Batu Mandi.
Hingga saat ini, Pulau Batu Mandi itu tidak berpenghuni alias sebagai pulau kosong,'' kata Yahya (49) salah seorang nelayan yang beroperasi di perairan Pulau Jemur dan sekitarnya.
Kendati luasnya hanya mencapai delapan kilometer persegi dan tidak berpenghuni serta menjadi batas garis sepadan antara Indonesia dengan Malaysia, namun di sisi lain Pulau Batu Mandi memiliki potensi yang cukup membanggakan. Salah satu potensi tersebut yakni objek wisata didasar laut. Konon, dasar laut di perairan Pulau Batu Mandi tersebut cukup sangat dengan berbagai jenis kehidupan hewan di laut serta terumbu karang.
Panorama dasar di perairan Pulau Batu Mandi tersebut sangat indah. Karena, dihiasi oleh terumbung karang dan bebatuan. Begitu pemadangan seperti mata hari saat mau terbit maupun saat matahari mau terbenam. Kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi setiap orang yang berkunjung ke Pulau ini adalah merupakan suatu oleh-oleh yang mengandung kesan tak ternilai harganya. Kepuasaan melihat pemandangan tersebut lah membuat para pengunjung yang sudah sampai dipulau ini enggan bergerak untuk melangkahkan kakinya.
Meski demikian dalam pengembangan untuk menjadikan objek wisata di dasar laut di Pulau Batu Mandi termasuk di perairan gugusan Kepulauan Arwah, sangat sulit dilakukan. Hal tersebut disebabkan oleh arus laut yang dinilai sangat deras, serta membutuhkan biaya yang cukup tinggi.
Pulau Jemur
Sementara, dari beberapa kumpulan Kepulauan Arwah tersebut, terdapat dua pulau yang sudah berpenghuni. Kedua pulau tersebut yakni Pulau Jemur dan Pulau Labuhan Bilik. Pulau Jemur sendiri telah menjadi pusat pengintaian dan pertanahan untuk TNI AL. Selain itu, Pulau Jemur juga dilengkapi dengan mercu suar yang bawah naungan Navigasi. Dari segi letaknya, Pulau Jemur termasuk wilayah yang berbatasan langsung dengan selat Malaka. Sehingga, berbagai jenis kegiataan di jalur internasional di Selat Malaka tersebut, dengan mudah dapat terpantau.
''Dari pemantuan yang dilakukan di Pulau Jemur ini, akvitasnya kegiataan tanker di jalur internasional Selat Malaka sangat tinggi sekali. Dimana, setiap hari rata-rata terdapat sebanyak 400 unit kapal tanker yang lalu lalang di jalur internasional Selat Malaka. Itu dalam kondisi siang hari belum ditambah pada waktu malam hari,'' kata petugas TNI AL menceritakan.
Kendati sebagai pusat pengintaian, namun Pulau Jemur memiliki potensi yang sangat prospek untuk dapat terus dikembangkan. Potensi tersebut diantaranya terdapat di sektor wisata, perikanan dan budidaya penyu. ''Setelah Kepulauan Riau berpisah dengan Propinsi Riau, andalan wisaha bahari khususnya pantai yang memilikim panorama yang indah dengan pasir putihnya di propinsi Riau menjadi sangat minim.
Untuk menuju ke Pulau Jemur, ternyata dapat ditempuh dari Bagansiapi-api maupun dari Kecamatan Pasir Limau Kapas, Sinaboi serta Kubu. Jarak antara Bagansiapi-api dengan Pulau Jemur mendapai 52 mil. Sedangkan jarak antara Pasir Limau Kapas dengan Pulau Jemur mencapai sekitar 40 mil. Hanya saja untuk singgah dan sampai ke Pulau Jemur, ternyata harus memerlukan waktu. Apalagi, fasilitas seperti pelabuhan di Pulau Jemur belum tersedia secara memadai.
Malah, untuk sampai ke Pulau Jemur sendiri maupun pulau-pulau lainnya di gugusan kepuluan Arwah masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Tak pelak lagi, bila kurang jeli membaca situasi, terpaksa harus terampung di tengah laut dan rela berpanasan di bawah teriknya sengatan matahari. ''Mau masuk dan merapat ke Pulau Jemur, tidak bisa. Karena, kebetulan air laut masih surut. Alhasil, ya kita harus menunggu di tengah laut. Setelah air pasang baru bisa merapat.
Wajar saja kalau kita yang berpergian kedaerah ini mempunyai perasaan dek-dekan atau ngeri-ngeri sedap. Sebap kalau kita tidak bisa memastikan keadaan cuaca, maka perjalanan kita akan terhalang dan bisa mendapatkan hambatan menunu kesana. Untuk itu kalau kita ingin berpergian kedaerah ini paling tidak akan melakukan koordinasi dengan pihak TNI AL yang biasanya paham dan tahu persis situasi cuaca di perairan tersebut. Artinya kalau mereka mengatakan cuaca buruk dan tidak boleh pergi, maka niat kita untuk berangkat supaya kita tunda menunggu keadaan cuaca kembali normal, sehingga melalui petunjuk mereka ini, mudah-mudahan perjalanan kita tidak akan mendapat kendala hingga sampai tujuan.
Untuk mengembangkan sektor pariwisata di gugusan kepuluan Arwah tersebut, telah menghadapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar. Permasalahan tersebut diantaranya belum tersedianya sarana dan prasarana alat transportasi secara reguler menuju pulau Jemur. Selain itu, jaringtan infrastruktur penunjang seperti listrik, air bersih, komunikasi dan pelayanan keimigrasian belum tersedia. ''Berkaitan dengan bidang pariwisata, pemkab Rohil intens melakukan promosi pulau Jemur.
Dibidang budidaya penyu, Pulau Jemur memiliki potensi yang besar. Karena, di Pulau Jemur tersebut terdapat hewan satwa langka yakni penyu hijau dengan tingkat bertelur sebanyak 300 ekor. Hanya saja aktivitas pengumpulan penyu terus dilakukan sehingga suatu saat dikuatirkan akan memusnahkan penyu-penyu yang ada di Pulau Jemur dan sekitatrnya. ''Musim penyu bertelur yakni pada bulan April hingga September. Telur yang dihasilkan mampu mencapai rata-rata 1.000 butir perhari.
Penyu-penyu yang ada di perairan Pulau Jemur dan sekitarnya harus mendapat perhatian serius. Kalau tidak, keberadaan penyu itu akan punah. Budidaya penyu harus segera dilakukan untuk menjaga keberadaannya dari ancaman kepunahan. Pemkab Rohil sendiri, tahun 2004 lalu telah melepaskan sebanyak 350 tukik penyu sebagai wujud melestarikan keberadaanya. Dan budidaya ini segera terus kita tingkatkan,'' kata Kata Suyatno
Berdasarkan data Dinas Perikanan Kabupaten Rokan Hilir, Pulau Jemur sebenarnya bagian dari Pulau Arwah yang terdiri dari delapan Pulau. Pulau arwah adalah gugusan Pulau kecil-kecil yang terletak ditengah-tengah Pulau Sumatera dan Jazirah Malaysia atau tepatnya ditengah-tengah selat Malaka.
Menurut data dari Dinas Perikanan dan Badan Pertahanan Kabupaten Rohil, Kepulauan Arwah terdiri delapan Pulau yang masing-masing terletak pada posisi koordinat, Pulau Jemur, 02.47.528 Lintang Utara (LU) dan 100.31.19,7 Bujur Timur (BT), sedangkan Pulau Pertandangan 02.48.11,2 LU dan 100.31.46.46,4 BT, Pulau Batu Mandi terdiri dari dua bagian dengan titik koordinat 02.47.36,8 LU, 100.33.45,8 BT dan yang satu lagi dengan tititk koordinat 02.47.31,5 LU dan 100.33,16,5 BT.
Sementara Pulau Batu Berlayar terletak pada koordinat,02.47.36,8 LU dan 100.32.36,8 BT. Pulau Batu Adang dengan letak posisi koordinat 02.48.40,5 LU dan 100.31.57, BT sedangkan Pulau Tukong Mas dengan koordinat 02.47.39,5 LU dan 100.30.56 BT. Sementara dua pulau lagi yakni Pulau Tukong Sumbang dengan posisi koordinat 02.46.11,7 LU dan 100.32,50,1 BT dan yang terakhir Pulau Tukong 02.45.42.7 LU dan 100.32,42,1 BT. (jonathan)
Nelayan masih melakukan pencarian ikan serta melakukan transaksi di Pulau Jemur Ini
Demaga Pelabauhan Pulau Jemur Bantuan dari APBD Provinsi Riau
Gallery Foto